Rendang
Asal
|
|
Nama lain
|
Rendang
Padang
|
Asal
|
|
Dari daerah
|
|
Pembuat
|
|
Detail
|
|
Jenis
makanan
|
|
Penyajian
|
Panas atau
suhu ruangan
|
Bahan utama
|
Daging
sapi, santan kelapa, cabai, bumbu
|
Variasi
|
Rendang
ayam, rendang itik (bebek), rendang hati sapi
|
Informasi
lain
|
Rendang atau randang
(Jawi: رندڠ) adalah masakan
daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini
dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya
memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan
berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga
berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan
santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang dapat
dijumpai di Rumah
Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di Indonesia dan negara-negara
Asia Tenggara lainnya,
seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand. Di daerah
asalnya, Minangkabau, rendang
disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun rendang
merupakan masakan
tradisional Minangkabau, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki
teknik memasak serta pilihan dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan yang
menduduki peringkat pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan
Terlezat Dunia) versi CNN International.[1]
Rendang juga
dimanfaat sebagai bantuan pangan bagi korban bencana alam karena tahan lama dan
kandungan gizinya, seperti pada gempa
bumi Lombok 2018, gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018, dan tsunami
Selat Sunda 2018.[2][3]
Kandungan
bahan dan cara memasak
Rendang
adalah masakan yang mengandung bumbu rempah yang kaya. Selain bahan dasar
daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan
campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak.
Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik
dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami.
Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas
antimikroba yang kuat.[4] Tidak mengherankan jika
rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses
memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar
empat jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran.[5] Potongan daging dimasak
bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga
santan dan bumbu terserap daging.[6] Setelah mendidih,
apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering.
Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati
dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa
menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni
kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis
bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.
Proses awal
memasak rendang sambil diaduk pelan-pelan, kandungan santannya masih banyak.
Proses
memasak rendang, mulai berminyak dan kandungan cairan dalam santannya mulai
berkurang.
Rendang
hampir siap, santan telah mengering dan warna daging menggelap.
Rendang siap
disajikan.
Nasi ramas
rendang disajikan dengan gulai kol, lado ijo, dan kuah gulai.
Makna budaya
Rendang
adalah salah satu hidangan hantaran dalam upacara adat Minang.
Rendang
memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang
memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat,[7] yaitu musyawarah dan mufakat,
yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat
Minang, yaitu:
Dagiang
(daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin
Suku adat)
Karambia
(kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
Lado (cabai),
merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan
syariat agama
Pemasak
(bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi
Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap seremoni
adat, seperti berbagai upacara
adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi
Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung
Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam
kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan
keagamaan, seperti Idul Fitri
dan Idul Qurban.
Sejarah
Rumah
Makan Padang mempopulerkan rendang ke seluruh penjuru Nusantara.
Asal usul
rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi
masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan
tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian.
Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang
menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke
kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi,
hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak
dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di
Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas
Andalas, Prof. Dr.
Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar
luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada
awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama,
rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.”[8] Hal ini karena rendang
kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat
dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga
disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat
Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni
masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
10:4 ...
Buzurjumhur Hakim pun pergi pula ke kedai orang merendang daging kambing, lalu
ia berkata: "Beri apalah daging kambing
10:7 ... kambing rendang ini barang segumpal." Sahut orang merendang itu, "Berilah harganya dahulu." Maka kata Khoja Buzurjumhur,
10:7 ... kambing rendang ini barang segumpal." Sahut orang merendang itu, "Berilah harganya dahulu." Maka kata Khoja Buzurjumhur,
Kelahiran
rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari
India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk
terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian
masyhur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau.
Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga,
banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah
Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga
hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta
hidangan Minangkabau lainnya secara meluas. Ketenaran rendang telah membuatnya
rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat pertama daftar World's
50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN International
tahun 2011.[1]
Selain pada
acara adat, rendang juga menjadi pilihan menu saat mengolah daging kurban yang
melimpah saat hari raya Idul Adha. Rendang juga menjadi makanan yang disajikan
khusus untuk hari raya Idul Fitri. Rendang juga telah menjadi salah satu
pilihan barang bantuan yang dikirimkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagai
bantuan pangan bagi korban bencana di daerah lain. Hal ini pertama kali
dilakukan pada tahun 2016 saat terjadi gempa bumi di Pidie Jaya, Aceh[11] dan dilakukan pula
pada gempa
bumi Lombok 2018.[2]
Jenis
Rendang
disajikan bersama daun singkong, telur dadar, dan kuah gulai dalam sajian Nasi
Ramas Padang.
Dalam memasak
daging berbumbu dalam kuah santan, jika ditinjau dari kandungan cairan santan, sebenarnya terdapat
tiga tingkat tahapan, mulai dari yang terbasah berkuah hingga yang terkering: Gulai — Kalio — Rendang.[12] Dari pengertian ini
rendang sejati adalah rendang yang paling rendah kandungan cairannya. Akan
tetapi secara umum dikenal ada dua macam jenis rendang: rendang kering dan
basah.
Rendang
kering
Rendang
kering adalah rendang sejati dalam tradisi memasak Minang. Rendang ini dimasak
dalam waktu berjam-jam lamanya hingga santan mengering dan bumbu terserap
sempurna. Rendang kering dihidangkan untuk perhelatan istimewa, seperti upacara
adat, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan. Rendang kering biasanya berwarna
lebih gelap agak coklat kehitaman. Jika dimasak dengan tepat, rendang kering
dapat tahan disimpan dalam suhu ruangan selama tiga sampai empat minggu, bahkan
dapat bertahan hingga lebih dari sebulan jika disimpan di kulkas, dan enam
bulan jika dibekukan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa citarasa rendang asli
Minang adalah yang paling lezat dan tiada dua — jauh berbeda dengan rendang di
sejumlah kawasan Melayu lainnya.[8]
Rendang basah
atau Kalio
Rendang di
Belanda adalah kalio yang masih basah berkuah.
Rendang
basah, atau lebih tepatnya disebut kalio, adalah rendang yang dimasak dalam
waktu yang lebih singkat, santan belum begitu mengering sempurna, dan dalam
suhu ruangan hanya dapat bertahan dalam waktu kurang dari satu minggu. Rendang
basah berwarna coklat terang keemasan dan lebih pucat.
Rendang juga
dikenal di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Rendang yang
ditemukan di Malaysia lebih mirip kalio, berwarna lebih pucat dan basah dengan
citarasa yang tidak begitu kuat. Rendang Malaysia yang disebut rendang kelantan
dan rendang negeri sembilan memiliki perbedaan dengan rendang Indonesia. Proses
memasak rendang di Malaysia, lebih singkat dan melakukan pengentalan bumbu
dengan dicampur kerisik (kelapa parut yang
disangrai), bukan dengan proses pemasakan dengan api kecil dalam waktu yang
lama. Karena keterkaitan sejarah melalui kolonialisasi, rendang juga dapat
ditemukan di Belanda, juga dalam bentuk
kalio, tetapi umumnya disajikan sebagai salah satu bagian dari lauk-pauk Rijsttafel.
Variasi
Rendang hati
sapi
Rendang
umumnya menggunakan daging sapi, tetapi dikenal pula berbagai jenis bahan
daging lainnya yang dimasak sesuai bumbu dan resep. Variasi rendang antara
lain:[8]
Rendang
daging (Randang dagiang): rendang daging sapi, kerbau, kambing atau domba.
Adalah jenis rendang yang paling lazim ditemukan.
Rendang ayam:
Rendang yang terbuat dari daging ayam
Rendang bebek
(Randang itiak): Rendang yang terbuat dari daging bebek
Rendang hati:
Rendang yang terbuat dari hati sapi
Rendang telur
(Randang talua): Rendang yang terbuat dari telur ayam, khas Payakumbuh
Rendang paru:
Rendang yang terbuat dari paru-paru sapi, khas Payakumbuh
Rendang ikan
tongkol: Rendang yang terbuat dari ikan tongkol
Rendang suir:
Rendang khas Payakumbuh yang dibuat dari daging ayam atau sapi yang serat
dagingnya disuir atau diurai kecil-kecil. Rendang suir mirip abon, akan perbedaannya adalah serat dagingnya
lebih besar dan bumbu rendang keringnya yang khas.
Rendang
Kerang (Randang Lokan): merupakan varian rendang yang terbuat dari kerang, khas
dari daerah pesisir seperti Pesisir Selatan dan Pariaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar